Sabtu, 10 Agustus 2013

Hidup adalah Pilihan
Suatu ketika ada seorang anak kecil yang sedang belajar bersepeda,  saat itu usianya baru 7 tahun.
Sepulang sekolah dengan senang hati ia tuntun sepeda barunya ke sebuah lapangan sepak bola di dekat rumahnya, sesampai di lapangan ia mualai mencoba menaiki perlahan-lahan. Namun, apalah daya, jangankan untuk menjaga keseimbangan, menggayuhnya saja ia belum bisa, nampaknya tenaga kecilnya masih terlalu lemah untuk mengayuh sepeda mungilnya. Perlahan-lahan  ia mencoba menggayuh, tapi kakinya sering terpeleset dan menghantam tanah, lantaran ia terlalu memaksakan untuk menggayun sepedanya. Dengan penuh keringat dan  rasa lelah, ia menuntut sepeda mungilnya kembali ke rumah.

Sumber gambar : Google
Di malam harinya dengan merengek-rengek, ia mendatangi ayahnya dan meminta ayahnya untuk mengajarinya bersepeda, di esok harinya. Kemudian dengan penuh kasih sayang sang ayah memeluknya.
Walau dengan berat hati sang ayah, menolak permintaan anaknya, lantaran esok harinya ia harus bekerja, demi mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ayahnya tidak memiliki waktu siang hari bersama anaknya lantaran ia adalah seorang Satpam, yang harus menjaga sebuah gerbang Pabrik sampai sore hari. Ia baru pulang ketika fajar menanggalkan sinarnya. Dengan tutur kata yang lembut ayahnya mencoba memberi solusi kepada anak semata wayangnya. "Nak, di samping lapangan itu ada sebuah jalan tanjakan kecil yang halus dan tidak terlalu panjang. Coba besok datang kesana dan bawa sepedamu".
 Kemudian sang anak dengan rasa kecewa melepaskan pelukan dari sang ayah dan pergi menemui ibunya. Ternyata sang ibu pun menolak permintaan anaknya, untuk mengajarinya bersepeda esok hari. Dengan berat hati sang ibu katakan, "Nak Ibu mau mengajarimu bersepeda, tapi bukan besok waktunya". Sang ibu kembali memalingkan mukannya dari anaknya, ia sedang sibuk menjahit pesanan pakaian yang menumpuk.
Dengan muka masam sang anak pergi ke tempat tidur, lantaran tadi siang ia terlalu menguras tenaganya untuk belajar sepeda.

Keesokan hari nya ia kembali berangkat ke Sekolah, walau kakinya terasa sakit karena kemarin berkali-kali menghantam tanah. Beberapa jam ia duduk di bangku sekolahnya dengan hati gelisah, nampaknya ia sudah tak sabar untuk belajar menaiki sepeda barunnya. Ia sudah tak sabar untuk membawa sepeda mungilnya ke sebuah tempat yang semalam ayahnya utarakan.

Lonceng berbunyi tiga kali. Itu tanda nya, pelajaran hari itu telah usai. Setelah diizinkan pulang, tanpa bercanda tawa dengan teman-temannya sang anak langsung bergegas pulang dan menuntun sepedanya ke sebuah tanjakan di samping lapangan sepak bola. Dengan penuh semangat ia menaiki sepedanya, dan ia gelundungkan sepedanya ke bawah. sesampai di bawah ia menuntun sepedanya kembali ke atas, dan ia pun kembali menggelundungkan sepedanya, dan membawa naik kembali. hal itu ia lakukan beratus-ratus kali, hingga ia mampu menjaga keseimbanganya, setelah itu ia mulai belajar lagi di tempat yang datar.

Beberapa bulan kemudian ia pun telah lincah mengayun sepedanya, suatu hal yang ia inginkan telah ia dapatkan.

Sebuah pilihan,

Coba bayangkan, jika sang anak tadi kapok dan putus asa tidak mau belajar lagi karena kakinya sakit lantaran sering menghantam tanah,  tentu ia tidak akan dapat bersepeda dengan lincah, bukankah begitu?

Begitu juga dengan diri kita, diri kita berhak untuk menentukan pilihan, kemana arah yang akan kita tempuh, kemana tujuan hidup kita, bagaimana kita akan menjalani kehidupan saat ini dan masa depan>.
Itu semua adalah pilihan kita. Bukan orang lain yang bertanggung jawab atas diri kita, melainkan kita sendiri yang harus bertanggung jawab.
Ini bukan sebuah ramalan, jika dimasa kecilnya ia merokok, sering berkelahi, tidak mau menruti perkataan orang tua, dapat dipastikan kehidupan masa depannya kacau, jika ia tidak mau berubah.

Jika anda seorang pekerja Korea, dan ingin menjadi seorang pengusaha di Indonesia, maka belajarlah berhemat, menabung selama di Korea. dan pelajari tata cara berwira usaha yang baik.

Jika anda ingin pergi Haji, jangan hanya menunggu uang jatuh dari langit, tapi menabunglah dan pelajari tata cara Haji.

Jika kita ingin masuk Surga maka, landasi diri kita dengan akidah yang benar, pelajari Al Qur'an dan Ilmu Agama, selanjutnya laksanakan apa yang diperintahkan Allah dan Rasulnya dan hindari melanggar apa yang menjadi larangan Nya.

 Diri kita saat ini adalah hasil dari pilihan-pilihan yang dilakukan di masa lalu, dan masa yang akan datang tergantung apa yang kita lakukan di saat ini, oleh karena itu, mari lakukan hal-hal baik di saat ini, agar kelak bermasa depan baik.

Di awal bulan syawal ini, mari kembali tekatkan niat, lukis tujuan yang akan kita capai, dan tempuhlah jalanlah sesuai dengan rute  yang akan menghantarkan ke tujuan tersebut.
Tetap semangat dan Husnudon kepada Allah SWT
Man sabata Wa nabata.
( Barang siapa yang tetap, maka dia akan tumbuh )

Semoga bermanfaat :)


0 komentar:

Posting Komentar